Sebut saja Husni, ia adalah seorang pria dengan kehilangan
penglihatan yang tergolong buta total (totally blind). Nama lengkap Husni
adalah M. Zusmi Padhli. Ia sering dipanggil Husni oleh teman-teman pantinya, namun
di lingkungan keluarga ia dipanggil dengan nama Syafi’i oleh kedua orang tuanya,
kakaknya dan adiknya. Husni adalah anak ke tiga dari tujuh bersaudara. Sekarang
ia berusia 29 tahun. Husni dilahirkan di Jakarta pada tanggal 29 Oktober 1983. Kedua
orang tuanya tinggal dan lahir di Jakarta. Ayahnya yang bernama H. Abdullah
Fatih lahir di Jakarta pada tanggal 26 Juni 1952, dan ibunya yang bernama Hj. Fatimah lahir di Jakarta pada tanggal 4
Januari 1956. Jadi Husni bisa disebut juga sebagai warga pribumi asli Jakarta. Saat
ini Husni tinggal bersama warga binaan sosial di Panti Sosial Bina Netra Cahaya
Bathin yang beralamatkan di Jalan Dewi Sartika No.200 Cawang Jakarta Timur. Di
panti sosial ini Husni bersekolah di SLB-A Taman Harapan. Disana ia masih
menduduki bangku sekolah kelas observasi, kelas observasi adalah kelas pelatihan kekhususan, seperti
pelatihan baca tulis huruf braille, teknik-teknik orientasi mobilitas, dan
lain-lain. Setelah lulus dari kelas observasi maka murid-murid dapat meneruskan pendidikan SD di SLB-A Taman
Harapan kelas 1,2 dan 3 yang setara dengan kelas 4,5 dan 6 di sekolah reguler/umum.
Tetapi jika usia murid di kelas obsevasi sudah bukan usia sekolah dasar, maka murid
dapat berikan keterampilan, seperti massage (memijat), membuat keset, dan
menari. Sesekali jika ada waktu libur dan mendapatkan ijin dari pihak panti, maka
Husni akan pulang kerumah orang tuanya, yang beralamatkan di Jalan tekukur no
10 Rt 6 Rw 3, Bukit Duri Tebet Jakarta Selatan, atau juga terkadang pihak
keluarganya yang berkunjung ke panti untuk berjumpa dengan Husni. Cita-cita dan
harapan Husni adalah ingin menjadi ustadz atau pengajar yang bermanfaat bagi
orang lain untuk memberikan ilmu yang bermanfaat bagi yang orang lain serta
bisa hidup mandiri tanpa bergantung pada orang lain.
Keluarga Husni bisa dibilang keluarga yang berkecukupan. Walaupun
pendidikan terakhir orang tuanya tidak setinggi sarjana. Tetapi orang tua Husni
tetap bersemangat dan berusaha untuk mencukupi kebutuhan keluarganya Sebelum ayahnya
pensiun dari pekerjaannya, ayahnya yang bernama H. Abdullah Fatih pendidikan terakhirnya
hanya sampai SMA dapat berkerja sebagai PNS Kas Daerah yang penghasilannya bisa
mencapai 2 sampai 4 juta per bulan. Sedangkan ibunya yang bernama Hj. Fatimah pendidikan
terakhirnya hanya sampai SD berkerja sebagai ibu rumah tangga. Husni memiliki
dua kakak dan empat adik. Kakak pertamanya Dini Husna telah menikah dan
berkerja sebagai ibu rumah tangga. Kakak keduanya Indah Hofifah telah menikah
dan berkerja sebagai Guru SDN Akabri inklusi di menteng atas. Adik pertamanya
Hikmah Tullutfiah belum menikah dan telah berkerja sebagai guru ngaji didaerah
rumahnya. Adik keduannya M. Ibnu Lutfi belum menikah dan telah bekerja menjadi
karyawan di Bank Mandiri. Adik ketiganya Imam Taufiqi belum menikah dan masih
berkuliah jurusan tarbiah di daerah kampung melayu. Dan adik terakhirya bernama
Ahmad Sabil Mutaqin masih berusia 1 tahun 6 bulan. Namun sayang adik Husni yang
pertama yaitu Hikmah Tullutfiah dan yang ketiga bernama Imam Taufiqi mengalami
kehilangan penglihatan sejak kecil dan keduanya tergolong low vision. Ada kabar
bahwa kedua orang Husni memiliki ikatan darah keduanya adalah sepupuan, sehingga
ada yang berpendapat itu yang menyebabkan anaknya kehilangan penglihatannya,
padahal penglihatan kedua orang tuanya normal-normal saja. Tahun kesedihan pun
datang, ketika tahun 2007 saat Husni berusia 24 tahun sang ibu tercinta
meninggal dunia, meninggalkan dunia yang fana ini. Ibu Hj.Fatimah wafat pada
usia 52 tahun yang disebabkan karena penyakit diabetes yang dideritanya. Keluarga
besar merasakan kehilangan atas wafatnya Ibu Hj.Fatimah. Namun sang ayah tidak
ingin berlarut-larut terlalu lama dalam kesedihan. Setahun kemudian setelah
peristiwa tersebut sang ayah H. Abdullah Fatih menikahi seorang wanita yang
bernama Syekhoni di tahun 2008. Ketika menikah sang ayah berusia 57 tahun dan
pasangan wanitanya berusia 42 tahun, dan kini ayahnya Husni berusia 60 tahun seorang
pensiunan PNS Kas Daerah, ibu tirinya yang bernama Syekhoni kini berusia 46
tahun. Penikahan ayahnya tidak cukup memberikan arti bagi Husni, karena ibu
tiri dan Husni tidak saling akrab layaknya ibu dan anak pada umumnya. Mereka
seperti sedang perang dingin, dan jarang berkomunikasi. Tentu ini hanya butuh
waktu untuk membuat Husni dapat menerima keberadaan ibu tirinya. Memang tidak
dapat dipungkiri betapa besarnya jasa ibu kandungnya yang sudah melahirkannya
serta membersarkannya dan merawatnya ketika ia sedang sakit. Begitu banyak
belaian kasih sayang yang diberikan ibu Hj.Fatimah kepada Husni.
Teringat peristiwa yang dahulu menyebabkan dirinya menjadi kehilangan
dalam penglihatannya. Sudah sejak 17 tahun silam dirinya telah kehilangan
penglihatan. Saat itu yang merawat dan memperhatikan Husni dengan sangat penuh
perhatian dan kasih sayang ketika sakit ialah ibunda tercintanya. Februari
tahun 1994 peristiwa itu bermula saat Husni duduk dibangku sekolah dasar kelas
enam SD tepatnya saat berusia 12 tahun. Saat itu Husni bersekolah di SD Negeri
06 Tebet Bukit Duri. Husni adalah anak yang mudah bergaul dilingkungan rumahnya,
bahkan teman-temannya dari berbagai kalangan mulai dari anak-anak hingga yang
dewasa sekalipun. Husni sangat germar sekali dengan yang namanya kegiatan olah
raga. Saat itu pagi yang ceria mewarnai hari yang indah ini, anak-anak, remaja,
dan dewasa lingkungan rumah Husni sedang bermain bola voli dilapangan voli dekat
rumahnya. Husni pun ikut berturut serta dalam permainan bola voli.
Dalam permainan bola voli Husni bermain dengan orang-orang dewasa. Tepat
saat bermain bola voli pukulan keras yang dilontarkan seseorang pada bola voli,
langsung melesatkan bola voli tersebut ke arah Husni. Bola voli yang melesat
dengan sangat cepat dan keras itu langsung tepat mengenai mata kanan Husni. Seketika
itu pun Husni terjatuh pingsan beberapa saat. Ketika sadar memang tidak
langsung mengalami kehilangan penglihatan, saat sadar yang dirasakan hanya rasa
sakit yang teramat sangat. Namun akibat benturan bola voli itu pun datang. Lambat
laun selama satu bulan setelah peristiwa itu kemampuan penglihatan Husni mulai
menurun, hingga dirinya mengalami kehilangan penglihatan yang tergolong low
vision. Pada bulan April tahun 1994 Husni dibawa ke rumah sakit aini kuningan. Di
rumah sakit tersebut Husni dirawat, dan di diagnosis bahwa retina Husni
terkelupas dan akan lepas dari tempatnya. Setelah 2 minggu dirawat Husni pun di
operasi matanya. Operasi mata pun berjalan lancar. Setelah operasi mata 2
minggu kemudian Husni diperbolehkan pulang. Namun itu masih tahap pemulihan,
dokter pun menyarankan agar selama 2 bulan Husni harus tidur dengan posisi
tengkurap, tidak boleh membawa barang-barang berat, dan masih banyak lagi hal
yang harus dihindari. Memang setelah operasi kemampuan penglihatan Husni mulai
membaik. Husni dapat masuk sekolah dan mengikuti pelajaran dengan baik. Akan tetapi
setelah satu bulan berlalu kemampuan penglihatan Husni mulai menurun dan
terganggu, awalnya seperti ada bintik hitam saat melihat sesuatu, dan lama
kelamaan bintik hitam itu pun mulai menyebar. Setelah tiga bulan dari operasi
mata, Husni mengalami kebutaan (totally blind) pada mata kanannya, dan juga
Husni sering mengalami pingsan tiba-tiba.
Karena peristiwa itu Husni pun langsung dilarikan kerumah sakit
aini kuningan, tempat dimana ia telah melakukan operasi mata sebelumnya. Dokter
mendiagnosa bahwa retina mata kanan husni telah lepas dari tempatnya. Dan
anehnya setelah tiga bulan berikutnya hal yang sama terjadi pada mata kirinya,
awalnya hanya ada satu bintik hitam. Lalu lama kelamaan bintik hitam itu pun
menyebar pada mata kirinya. Dan akhirnya pada pagi harinya, ketika Husni
terbangun dari tidurnya, Husni kaget dan sangat shock karena kedua matanya
tidak dapat melihat apa-apa. Hanya warna hitam saja yang ia lihat bagaikan malam
yang gelap gulita tanpa cahaya rembulan ditengah malam. Dan Husni pun masih
sering pingsan tiba-tiba. Karena peristiwa itu sang ibu sangat mencemaskan anak
tercintanya dan juga sejak saat itu Husni dipanggil dengan nama Syafi’i. Dengan
harapan mendo’akan Husni melalui nama panggilan barunya agar Husni dapat
terobati dari sakit-sakitnya, dengan rasa kekhawatiran ibu, Husni tidak di
ijinkan keluar rumah dan juga tidak melanjutkan pendidikannya. Ia hanya
beristirahat penuh di rumah selama beberapa lama sampai keadaanya membaik. Selama
beristirahat di rumah Husni menghabiskan waktunya dengan mendengarkan
siraman-siraman rohani yang ia dengar di televisi, radio ataupun pengajian di
lingkungan rumahnya untuk membangun dan memotivasi dirnya yang sedang dalam
emosi labil. Awal mengalami kebutaan pada kedua matanya, emosi Husni sangat
labil dan tidak terkendali, merasa selalu sedih, tidak bersemangat, putus asa
dan harapan, Dunia ini bagaikan serasa sempit yang tidak memberikan impian dan
harapan bagi Husni, dan masih banyak lagi permasalahan-permasalahan yang
melukai hatinya. Ia sangat tidak dapat menerima kekurang yang terjadi padanya,
ia masih berharap untuk bisa melihat seperti sedia kala. Namun apa daya itu
adalah kehendak Tuhan Yang Maha Agung. Pada akhirnya Tuhan memberikan rahmat
kepada Husni untuk berusaha bersabar dan menerima dengan ikhlas. Dan akhirnya rahmat
Tuhan datang melalui siraman-siraman rohani yang Husni dengar dari televisi,
radio ataupun pengajian di lingkungan rumahnya. Husni pun akhirnya dapat
membangun kembali puing-puing hatinya yang hancur dan mulai menyesuaikan diri
untuk bersabar dan ikhlas menerima ketetapan Tuhan Yang Maha Bekehendak. Tersirat
kabar bahwa dokter yang menangani Husni telah melakukan malpraktek terhadap
Husni. Tetapi Husni dan keluarganya tidak memberikan keterangan atau bercerita kepada
hal layak ramai. Sehingga peristiwa itu diselesaikan secara kekeluargaan. Bahkan
kepada penulis cerita ini pun ia tidak ingin menceritakan lebih lanjut tentang
kelanjutan pihak rumah sakit terhadap dirinya.
Tapi sudah lah yang lalu biarkan berlalu dangan damai, sabar, dan
ikhlas. Kini Husni telah menempuh hidup baru di Panti Sosial Bina Netra Cahaya
Bathin. Di panti inilah Husni menimba ilmu dan mengasah keterampilannya. Serta
di panti ini juga Husni mencoba kembali membangun rasa percaya diri, semangat
yang tinggi akan impian dan harapannya yang telah lama menghilang dari dalam
dirinya. Husni termasuk murid yang tegolong baru di Panti Sosial Bina Netra
Cahaya Bathin. Ia baru masuk di panti pada tanggal 06 Januari 2012 lalu. Husni
mengenal panti sosial ini dari salah seorang warga penghuni panti yang sedang
bermain didaerah rumahnya. Orang tersebut pun berbagi cerita tentang
pengalamannya di panti dan hal-hal yang bermanfaat untuk diambil ilmunya. Dan
Husni pun menjadi tertarik dan ingin tinggal di Panti Sosial Bina Netra Cahaya
Bathin. Memang pada awalnya pihak keluarga tidak mengijinkan Husni untuk
tinggal di panti. Kenapa..?. Karena pandangan keluarga Husni tentang panti
ialah sebuah tempat yang tidak baik, tidak terawat, dan juga keluarga Husni
mengkhawatirkan Husni takut-takut nanti Husni tidak terurus di panti. Meskipun
demikian Husni terus tetap mencoba untuk menyakinkan keluarganya bahwa panti
tersebut sangat baik, bermafaat, mampu memberikan nilai positif, dan memberikan
ilmu yang bermanfaat untuk dirinya dimasa depan kelak. Tidak hanya itu suatu
ketika Husni melakukan sholat malam dan shalat istikharah mengharapkan petunjuk
dari Tuhan Yang Maha Kuasa untuk mendapatkan ijin agar bisa tinggal di panti.
Lalu keesokan harinya Husni bermimpi melihat cahaya rembulan, cahaya bulan
purnama dikegelapan malam, cahaya yang terang menderang yang menyinari seluruh tubuhnya.
Ia berharap bahwa mimpi itu adalah rahmat dan pentunjuk dari Tuhan Yang Maha
Pemberi Petunjuk, dan ia juga berharap bahwa mimpi itu memiliki nilai positif yang
akan merubah kehidupannya menuju arah yang lebih baik. Atas mimpinya itu Husni
pun mendapatkan ijin dari keluarganya untuk tinggal di panti sosial. Di panti
inilah Husni menenukan titik terang yang yang mampu mengubah hidupnya untuk
mengejar apa yang ia impikan. Husni sangat berharap sekali jika telah lulus
dari kelas observasinysa di panti, ia ingin sekali belajar massage (memijat). Dengan
keterampilan ini Husni dapat menjadi orang yang bermaafaat serta mampu
memberikan dan mengajarkan ilmunya kepada orang lain.
Disini lah, di Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin, Husni
mendapatkan pengalaman yang tak terlupakan meskipun Husni baru tinggal selama
dua bulan. Tetapi suka duka tinggal di panti bersama teman-teman dan keluarga
baru sudah dapat Husni rasakan. Dan Husni mempunyai banyak teman di panti ini. Banyak
kegemberian yang ia lalui bersama seluruh warga binaan sosial di Panti Sosial Bina
Netra Cahaya Bathin. Husni mendapatkan banyak hal di panti ini mulai dari
pendidikan hingga sosial. Di panti Husni di ajarkan baca tulis huruf braille,
yang merupakan kebutuhannya untuk mendapat kan informasi, dan juga mendapatkan pendidikan
orientasi mobilitas. Orientasi mobilitas adalah suatu keterampilan yang harus
di kuasai oleh orang-orang dengan kehilangan penglihatan agar dapat mengenali objek-objek
disekitar sehingga dapat berinteraksi dengan objek-objek sekitar dan dapat berpindah
tempat dengan atau tanpa bantuan orang lain. Dan tentu saja Husni harus bisa menguasai
teknik-teknik yang di ajarkan pada pendidikan orientasi mobilitas. Husni sangat
bersyukur sekali karena dapat diterima dan tinggal di panti sosial yang luar
biasa ini. Di panti ini juga ada pelatihan mental, pelatihan inilah yang dapat
membuat Husni bersemangat untuk membangun rasa percaya diri, dan memandang
cerah kehidupan di masa depan untuk dirinya. Oleh karena itu Husni sangat bersungguh-sungguh
untuk belajar dan menimba ilmu di panti. Tiap hari ia belajar dan melatih dirinya
untuk bisa lancar membaca dan menulis huruf braille. Jika ada waktu kosong ia
sering bermain ke perpustakaan panti guna untuk melancarkan baca tulis braille
sekaligus menambah wawasannya melalui buku-buku yang ia baca.
Karena rahmat Tuhan Yang Maha Pandai, usaha Husni pun dipermudah.
Kini ia sudah sedikit demi sedikit menguasai
baca tulis huruf braille. Husni pun mampu bersaing dengan teman-teman
kelasnya. Prestasi Husni pun tidak tergolong buruk bahkan condong menunjukan
nilai yang baik dan memuaskan dalam setiap pelajaran di kelasnya. Bahkan guru
kekhususan yaitu Bu Harti sangat bangga dengan Husni, karena “dalam segi
pelajaran apa saja dikelas daya tangkap
Husni tergolong cepat, sangat bagus dan bahkan bisa termasuk rangking pertama
dalam kelasnya”, ujar Bu Harti ketika diwawancarai mengenai kemampuan Husni
dalam matematika, bahasa dan pelajaran lain dikelasnya. ketika didalam kelas Husni
selalu sibuk dengan membaca buku-buku bertuliskan braille, namun ia juga dapat
fokus terhadap apa yang disampaikan guru-gurunya dalam pelajaran. Dan jika
berada di luar kelas khususnya jika Husni sedang berada didalam kamarnya, Husni
sangat cakap dan terampil dalam berkomunikasi dengan teman-temannya. Tawa canda
selalu tergambar disaat sedang berinteraksi dengan teman-temannya. Dipanti ini
juga para warga binaan sosial saling bahu membahu dalam tolong menolong, tidak
terkecuali Husni, ia pun suka tolong menolong jika ada temannya yang kesulitan
dalam menyelesaikan tugas sekolahnya.
Meskipun Husni memiliki kehilangan penglihatan, tetapi Husni dapat
hidup dengan mandiri. Dan rasa sedih yang dahulu amat sangat dalam kini sedikit
demi sedikit dapat terobati, walaupun secara fisik tidak dapat mengobati bekas
benturan bola voli dan operasi mata yang dahulu menimpa mata kanannya masih
berbekas secara nampak. Kini mata kanan Husni agak menjorok kedalam dan sedikit
berwarna abu di sekitar korneanya, berbeda dengan mata kiri Husni yang telihat seperti
mata normal lainnya. Namun hal itu bukan masalah kini Husni telah menemukan
ketenangan dalam dirinya untuk tetap optimis dan bersemangat, memandang masa
depan yang cerah untuk terus bersemangat mengejar mimpinya yang ia inginkan.
Pelatihan dan pendidikan orientasi mobilitas dipanti telah mengubah Husni
menjadi sosok yang mandiri mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar panti, mampu
bergerak dan berjalan kesana kemari, mampu memasak, mencuci, menggosok baju dan
mengepel dengan mandiri. Dan di panti ini Husni menemukan banyak teman-teman
baru, dan belajar menjadi seorang yang percaya diri, optimis, dan menahan emosinya
untuk kebaikan bersama, berprilaku sopan dan masih banyak lagi hal positif yang
ia pelajari di panti sosial ini untuk mengejar mimpi dan harapannya menjadi
orang yang bermanfaat bagi yang lain. Serta di panti ini juga Husni menemukan
rasa cinta, dan Husni pun terus tetap besyukur kepada Tuhannya untuk selalu
beribadah kepada Tuhan dan menghindari apa yang dilarang Tuhannya.
0 komentar:
Posting Komentar