Sahabat pembaca yang peduli pendidikan, mari sejenak kita arahkan perhatian pada sebuah fenomena yang mungkin luput dari kesadaran kita sehari-hari, namun dampaknya sungguh mengkhawatirkan: kondisi anak-anak Indonesia di ruang digital. Anggap saja ini adalah sinyal darurat yang berbunyi kencang di tengah riuhnya notifikasi media sosial kita.
Coba bayangkan, delapan dari sepuluh anak usia sekolah di Indonesia kini sudah akrab dengan internet. Bukan hanya sekadar kenal, lho, tapi mereka menghabiskan rata-rata lebih dari 7 jam sehari di dunia maya! Memang, internet membuka jendela ilmu dan kesempatan yang tak terbatas. Namun, di balik gemerlap layarnya, tersimpan berbagai ancaman serius yang siap mengintai.
Anak-anak kita, dengan kepolosan dan rasa ingin tahu yang besar, sayangnya belum memiliki radar yang cukup kuat untuk membedakan mana konten yang bermanfaat dan mana yang justru berbahaya. Mereka bagai nahkoda muda yang mengarungi lautan informasi tanpa peta yang memadai.
Dan inilah mengapa kita perlu benar-benar waspada. Statistik yang akan saya beberkan ini mungkin akan membuat kita terhenyak:
- 80.000 anak di bawah usia 10 tahun dilaporkan telah terpapar bahaya judi online. Bayangkan, di usia yang seharusnya diisi dengan bermain dan belajar, mereka justru berhadapan dengan jerat adiksi yang merusak.
- Lebih mencengangkan lagi, Indonesia menduduki peringkat ke-4 dunia dalam kasus konten pornografi anak. Sebuah fakta yang sungguh memilukan dan mencoreng martabat bangsa.
- Sebanyak 2% anak usia 12–17 tahun pernah menjadi korban eksploitasi seksual daring. Ini bukan sekadar angka, melainkan trauma mendalam yang bisa menghantui masa depan mereka.
- Hampir separuh (48%) anak-anak yang aktif di dunia digital pernah merasakan pahitnya perundungan siber. Kata-kata tajam di layar bisa melukai hati se dalam luka fisik.
- Dan yang tak kalah mengkhawatirkan, 82% anak Indonesia dengan polosnya membagikan data pribadi mereka tanpa pengawasan orang tua. Mereka belum sepenuhnya memahami risiko kebocoran informasi yang bisa berakibat fatal.
Data-data di atas jelas menunjukkan satu hal: anak-anak kita adalah kelompok yang sangat rentan di ruang digital. Mereka membutuhkan perlindungan dan pendampingan dari kita, orang dewasa di sekitar mereka. Ini bukan hanya tanggung jawab orang tua, tapi juga kita semua sebagai bagian dari masyarakat yang peduli pada masa depan generasi penerus bangsa.
Sumber:
Factsheet-Pelindungan-Anak-di-Ruang-Digital-dalam-Penyelenggaraan-Sistem-Elektronik