Minggu, 01 Juni 2025

Hardiknas 2025: Kejar Aksi untuk Indonesia Emas, Bukan Indonesia Cemas!

Jakarta, 15 Mei 2025. Selamat Hari Pendidikan Nasional 2025! Momen Hardiknas setiap tahunnya mengajak kita merenung: sudah sejauh mana kita melangkah, dan ke mana arah pendidikan Indonesia akan kita bawa? Pertanyaan ini menjadi semakin krusial di tengah upaya kita menyongsong Indonesia Emas 2045. Apakah pendidikan kita saat ini sedang menuju ke sana, atau justru berisiko membawa kita pada "Indonesia Cemas"?

Pertanyaan provokatif namun esensial ini diangkat oleh Putera Sampoerna Foundation (PSF) melalui inisiatif Kejar Aksi (Kreatif Mengajar, Akselerasi dan Inovasi). Tema ini menjadi pengingat bahwa transformasi pendidikan membutuhkan tindakan nyata, kreatif, dan akseleratif dari semua pihak.

Kejar Aksi: Menjawab Tantangan Pendidikan Menuju Indonesia Emas 2045

Inisiatif "Kejar Aksi" dari Putera Sampoerna Foundation dirancang untuk menginspirasi para pendidik, kepala sekolah, dan pemangku kepentingan pendidikan lainnya agar menjadi agen perubahan. Tujuannya jelas: mewujudkan pendidikan berkualitas dan merata sebagai fondasi kokoh Indonesia Emas 2045. Tanpa akselerasi dan inovasi dalam pendidikan, kita berisiko terjebak dalam middle-income trap dan gagal memanfaatkan bonus demografi.

PSF tidak berjalan sendiri. Sinergi dengan berbagai pihak, termasuk Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), pakar pendidikan, serta praktisi di lapangan, menjadi kunci. Melalui "Kejar Aksi", PSF mendorong lahirnya berbagai praktik baik dan inovasi pembelajaran yang berfokus pada pengembangan kompetensi masa depan: berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif (4C), serta literasi digital dan penguatan karakter.

Beberapa program unggulan PSF yang mendukung semangat "Kejar Aksi" antara lain:

  • School Development Outreach (SDO): Program yang berfokus pada peningkatan kualitas guru, kepemimpinan sekolah, dan budaya belajar.

  • Lighthouse School Program (LSP): Program pendampingan komprehensif untuk peningkatan mutu sekolah secara menyeluruh.

  • Program Kemitraan: Kolaborasi strategis dengan pemerintah daerah dan sektor swasta untuk memperluas dampak positif.

  • Guru Binar: Platform digital yang menyediakan pelatihan dan pengembangan profesional berkelanjutan bagi para guru di seluruh Indonesia.

Hingga kini, program SDO saja telah berhasil menjangkau lebih dari 70.000 guru, 4.000 kepala sekolah, dan memberikan dampak kepada 1,2 juta siswa di 33 provinsi. Ini adalah bukti nyata "Aksi" yang membawa perubahan.

Kolaborasi Pegadaian dan PSF: Wujud Nyata "Aksi" untuk Transformasi Berkelanjutan

Salah satu contoh konkret bagaimana semangat "Kejar Aksi" dapat diwujudkan dalam kolaborasi nyata adalah melalui program "Transformasi Sekolah Pegadaian". Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) dari PT Pegadaian ini, yang bermitra strategis dengan Putera Sampoerna Foundation melalui SDO, telah menunjukkan hasil gemilang.

Program ini berhasil meraih penghargaan sebagai "Program Paling Berkelanjutan" dalam rangkaian peringatan Hari Pendidikan Nasional. Fokusnya pada peningkatan kompetensi guru, kepemimpinan sekolah, dan budaya belajar di sekolah-sekolah binaan seperti SDN Kemasan 1 & 2 Klaten serta SDN Jonggrangan Klaten, telah membawa dampak positif. Peningkatan mutu pengajaran, hasil belajar siswa yang lebih baik, dan penguatan literasi digital menjadi buah manis dari kolaborasi ini.

Keberhasilan ini sejalan dengan komitmen Pegadaian terhadap implementasi Environment, Social, and Governance (ESG) dan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya poin keempat yaitu Pendidikan Berkualitas. Ini adalah contoh bagaimana "Aksi" yang kreatif dan inovatif dalam mengajar dan memimpin dapat mengakselerasi perubahan.

Pendidikan Menyeluruh: Kunci Menuju Indonesia Emas

Peringatan Hardiknas tahun ini, dengan gaung "Kejar Aksi", kembali mengingatkan kita bahwa transformasi pendidikan harus bersifat menyeluruh. Seperti yang kerap digaungkan, tema besar "Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar" memerlukan partisipasi aktif dari seluruh elemen bangsa.

Putera Sampoerna Foundation, melalui berbagai inisiatifnya termasuk "Kejar Aksi", mengajak kita semua untuk tidak hanya menjadi penonton, tetapi menjadi pelaku aktif dalam transformasi ini. Dengan berfokus pada peningkatan kualitas pendidik, pengembangan kurikulum yang relevan, dan penciptaan ekosistem belajar yang inovatif, kita dapat memastikan bahwa pendidikan Indonesia benar-benar mengantarkan kita menuju Indonesia Emas 2045, bukan sebaliknya.

Jadi, di Hari Pendidikan Nasional 2025 ini, mari kita jawab tantangan "Indonesia Emas atau Indonesia Cemas?" dengan "Kejar Aksi" nyata di bidang kita masing-masing. Karena masa depan bangsa ada di tangan generasi yang terdidik dengan baik hari ini.

Referensi:

Jumat, 02 Mei 2025

Alarm Merah di Dunia Maya: Ketika Layar Sentuh Mengancam Masa Depan Anak Indonesia


Sahabat pembaca yang peduli pendidikan, mari sejenak kita arahkan perhatian pada sebuah fenomena yang mungkin luput dari kesadaran kita sehari-hari, namun dampaknya sungguh mengkhawatirkan: kondisi anak-anak Indonesia di ruang digital. Anggap saja ini adalah sinyal darurat yang berbunyi kencang di tengah riuhnya notifikasi media sosial kita.

Coba bayangkan, delapan dari sepuluh anak usia sekolah di Indonesia kini sudah akrab dengan internet. Bukan hanya sekadar kenal, lho, tapi mereka menghabiskan rata-rata lebih dari 7 jam sehari di dunia maya! Memang, internet membuka jendela ilmu dan kesempatan yang tak terbatas. Namun, di balik gemerlap layarnya, tersimpan berbagai ancaman serius yang siap mengintai.

Anak-anak kita, dengan kepolosan dan rasa ingin tahu yang besar, sayangnya belum memiliki radar yang cukup kuat untuk membedakan mana konten yang bermanfaat dan mana yang justru berbahaya. Mereka bagai nahkoda muda yang mengarungi lautan informasi tanpa peta yang memadai.

Dan inilah mengapa kita perlu benar-benar waspada. Statistik yang akan saya beberkan ini mungkin akan membuat kita terhenyak:

  • 80.000 anak di bawah usia 10 tahun dilaporkan telah terpapar bahaya judi online. Bayangkan, di usia yang seharusnya diisi dengan bermain dan belajar, mereka justru berhadapan dengan jerat adiksi yang merusak.
  • Lebih mencengangkan lagi, Indonesia menduduki peringkat ke-4 dunia dalam kasus konten pornografi anak. Sebuah fakta yang sungguh memilukan dan mencoreng martabat bangsa.
  • Sebanyak 2% anak usia 12–17 tahun pernah menjadi korban eksploitasi seksual daring. Ini bukan sekadar angka, melainkan trauma mendalam yang bisa menghantui masa depan mereka.
  • Hampir separuh (48%) anak-anak yang aktif di dunia digital pernah merasakan pahitnya perundungan siber. Kata-kata tajam di layar bisa melukai hati se dalam luka fisik.
  • Dan yang tak kalah mengkhawatirkan, 82% anak Indonesia dengan polosnya membagikan data pribadi mereka tanpa pengawasan orang tua. Mereka belum sepenuhnya memahami risiko kebocoran informasi yang bisa berakibat fatal.

Data-data di atas jelas menunjukkan satu hal: anak-anak kita adalah kelompok yang sangat rentan di ruang digital. Mereka membutuhkan perlindungan dan pendampingan dari kita, orang dewasa di sekitar mereka. Ini bukan hanya tanggung jawab orang tua, tapi juga kita semua sebagai bagian dari masyarakat yang peduli pada masa depan generasi penerus bangsa.

Sumber:

Factsheet-Pelindungan-Anak-di-Ruang-Digital-dalam-Penyelenggaraan-Sistem-Elektronik

Minggu, 27 April 2025

Samara Weaving Jadi Pengantin Barbar di Film "Ready or Not"!


Bayangin deh, kamu nikah sama cowok ganteng dan kaya raya. Seneng kan? Tapi, ada satu tradisi keluarga suaminya yang agak... lain. Setelah nikah, kamu harus ikutan permainan petak umpet tengah malam di rumah mewah mereka yang gede banget! Kedengarannya seru ya? Nah, di film ini, petak umpetnya bukan petak umpet biasa. Ada nyawa taruhannya!
Samara Weaving di sini keren banget meranin Grace, si pengantin baru yang awalnya bingung, terus kaget, sampai akhirnya jadi jagoan yang nggak nyerah. Ekspresinya dapet banget, bikin kita ikut tegang dan deg-degan.

Alur ceritanya dari awal udah bikin penasaran. Kenapa sih harus ada permainan aneh kayak gitu? Terus, siapa aja sih anggota keluarga suaminya yang kelakuannya bikin geleng-geleng kepala? Nah, sepanjang film, kita bakal diajak nebak-nebak dan ikut mikir gimana caranya Grace bisa selamat dari kejaran keluarga barunya itu.

Meskipun temanya agak gelap dan penuh adegan kejar-kejaran yang bikin jantung mau copot, film ini tetep asyik ditonton kok. Ada bumbu komedinya juga, terutama dari tingkah laku beberapa anggota keluarganya yang absurd abis. Jadi, nggak melulu tegang, tapi juga ada lucunya.

Buat kamu yang baru mau nyoba nonton film bergenre thriller-horror tapi nggak mau yang terlalu serem, "Ready or Not" ini bisa jadi pilihan yang pas. Akting Samara Weaving yang memukau, cerita yang bikin penasaran, dan campuran tegang-lucunya dijamin bikin kamu nggak nyesel nonton film ini sampai selesai. Siap main petak umpet bareng Grace? 😉

Popular Posts